Skip to main content

Dakwah Hari Santri

11111

Hari Santri adalah momen yang penuh makna bagi para santri di Indonesia. Hari Santri
mengingatkan kita pada perjuangan santri dalam membangun dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia, khususnya melalui peristiwa Resolusi Jihad. Resolusi ini menjadi
bukti nyata bahwa santri memiliki peran penting dalam sejarah bangsa. Agama tidak hanya
menjadi tuntutan individu, tetapi juga diangkat menjadi nilai masyarakat yang mendorong
tanggung jawab kolektif.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh-Yusuf (Unis) Tangerang, Achmad Thorik,
S.H.,M.H menjelaskan bahwa di pesantren, para santri belajar tentang kedisiplinan,
kepedulian, dan yang paling utama adalah nilai-nilai ketuhanan. Nilai-nilai ini membentuk
karakter dan pandangan hidup, sehingga santri terbiasa mengingat bahwa hidup bukan hanya
tentang permasalahan dunia, tetapi juga tentang akhirat.
Di pesantren menurut Thorik, santri diajarkan untuk bertanggungjawab, baik terhadap diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitarnya. Hubungan baik dengan sesama manusia
dan hubungan dengan Allah menjadi pedoman dalam interaksi sosial dan spiritual. Sehingga
menumbuhkan rasa peduli serta tanggung jawab yang mendalam.
Di kampus, lingkungan yang beragam sering kali menyebabkan kurangnya rasa kepedulian di
antara mahasiswa. Banyak yang masih berfokus pada pencapaian pribadi, dan perhatian
terhadap sesama mungkin terbatas. Berbeda dengan pesantren, yang nilai kebersamaan dan
tanggung jawab sosial diajarkan dengan lebih mendalam. Di pesantren, para santri diajarkan
bahwa hidup ini tidak hanya digerakkan oleh materi dan penghargaan duniawi, kerja keras
dan keikhlasan mereka diyakini akan dinilai oleh Allah. “Orang tidak menggaji kita, tetapi
Allah yang akan membayar kita, hal ini menjadi sebuah prinsip hidup yang kuat di kalangan
santri,” ungkap Thorik.
Menurut Thorik, Hari Santri juga menjadi refleksi penting bagi santri dan generasi muda
Indonesia untuk tidak melupakan akar keagamaan dalam menghadapi era modern. “Kyai dan
ulama senantiasa mengajarkan para santri agar terbuka terhadap kemajuan zaman, namun
tetap berpegang teguh pada nilai-nilai keimanan. Pesan ini mengingatkan santri bahwa dalam
setiap tindakan, baik ataupun buruk, Allah selalu hadir. Maka, ketika kita melakukan
kebaikan, kita tahu bahwa Allah turut serta dalam kebaikan tersebut,” tambahnya. 
Thorik berharap, santri Indonesia terus membangun karakter yang kuat, mampu mengikuti
perkembangan zaman, serta melek akan kehidupan modern. Akan tetapi, mereka tidak boleh
melupakan nilai-nilai luhur yang diajarkan di pesantren, yakni kedisiplinan, kepedulian,
tanggung jawab, dan ketakwaan kepada Allah. Dengan begitu, mereka diharapkan menjadi
generasi yang tidak hanya cerdas dan kompeten, tetapi juga memiliki integritas serta
tanggung jawab terhadap bangsa dan agama. (Silfa)

Add new comment

Plain text

  • No HTML tags allowed.
  • Lines and paragraphs break automatically.
  • Web page addresses and email addresses turn into links automatically.
Standard (Image)